Kamis, 13 Januari 2011

Keras Kepala atau Mandiri ?



Menghadapi Anak yang sudah bisa memilih sikap.

”Dede mau film kereta bi,!” kata Fatih (2,8 tahun) kepada saya ketika diajak untuk tidur siang. Kemudian dia langsung beranjak ke kursi paling dekat dengan televisi. Sementara itu meskipun televisi sudah menyala tetap saja dia mengulang ucapan tersebut. Maklum film kereta yang diinginkannya belum juga diputarkan.
Setelah saya putarkan dengan mimik yang gembira dia langsung mengucapkan “tuh bi kereta dede fatih,” kata Fatih dengan riang. Tak berapa lama saya pun mengajak kembali Fatih untuk tidur siang namun tetap saja dia seakan pura-pura tidak mendengar menikmati film kereta yang berjudul Unstoppable.


Dari alur cerita mungkin dia tidak tahu sebenarnya film tersebut menceritakan apa. Tapi berhubung karena tempat yang diceritakannya sebagian besar adalah kereta maka itulah yang menjadi view of point pandangannya. Maklum saja Fatih selama ini gandrung terhadap mobil, kereta dan pesawat.
Tak terasa satu jam telah berlalu, Fatih masih saja serius melihat kereta-kereta yang ada di film tersebut, dan sesekali menanyakan kepada saya,” itu kereta dede ya?,” katanya. Saya pun menjawab iya itu kereta dede Fatih.
Namun dari paras wajahnya sudah terlihat lelah dan mengantuk. Benar saja ketika tak lama sesudah itu dia mengucapkan, “ bi, dede ngantuk. Bobo di atas yuk,” katanya. Saya pun mengiyakannya. Dan ternyata benar juga akhirnya dia tertidur dengan pulas.
Saya melihat Fatih sepertinya memiliki fantasi yang lebih dan di luar pikiran orang tuanya. Karena tak bosen-bosen ingin melihat film yang dibintangi oleh Denzel Washington ini.kalau dihitung-hitung bisa lebih dari 30 kali dia menonton itu.
Bahkan sesekali dia berceloteh dengan alur cerita dengan menunjukkan kereta itu akan kemana dan mau gimana (padahal pake bahasa inggris). Oh iya ini baru satu film saja, belum ketika dia ingin tidur dia paling suka menoton film kartun CARS.


Itu baru persoalan memilih nonton film dengan tidur siang. Belum lagi memilih baju yang akan dia pakai, menu makanan, hingga pilihan bermain. Singkatnya mulai dari bangun tidur hingga menjelang tidur sekarang dia bisa menentukan apa yang dia mau.
Menurut saya ada beberapa hikmah yang diambil dalam prilaku sehari-hari Fatih . Pertama memang saya masih dangkal ilmunya sehingga belum bisa mengarahkan secara baik harusnya seperti apa mendidiknya.
Kedua semua orang tua pasti mengharapkan yang terbaik untuk anaknya. Kita ingin anak tersebut tumbuh dengan sehat, cerdas, dan aktif. Bila melihat prilaku dan pemikiran anak pasti kita ingin mengubah dengan apa yang kita harapkan. Tapi belum tentu niatan orang tua disambut baik oleh anak. Seperti kejadian sehari-hari di rumah.
Perbedaan cara pandang tersebut biasa ditemukan dalam sebuah keluarga. Apa yang menurut kita baik, belum tentu dianggap sama oleh anak. Bila hal tersebut tidak dihadapi dengan cara yang bijak, bisa menjadi masalah yang berkepanjangan.
Setelah menelusuri berbagai literatur ternyata pada masa balita, anak itu mengalami peningkatan kemampuan berkomunikasi, cakap mengekspresikan keinginan, ketidaksetujuan, penolakan, maupun kemarahannya. Dia juga mulai menunjukkan kemandiriannya, yang terlihat dalam kemauannya dalam menentukan sebuah pilihan.


Menurut seorang psikolog pada usia batita mulai timbul perubahan dari ketergantungan menjadi mandiri. Dia sudah berusaha keras untuk membuat pilihan yang terbaik, meski bagi orang lain dianggap tidak berarti.
Hal tersebut harus dipahami, sehingga bila menghadapi anak yang keukeuh dengan kemauannya, orang tua tidak buru-buru menganggapnya sebagai anak yang keras kepala. Pada proses tersebut anak sedang mengembangkan kemampuannya sebagai tanda kekuatan, keyakinan, dan komitmen menjadi dirinya sendiri.
Solusinya adalah ?
Menurut para psikologi anak katanya sih jangan biarkan masalah anak yang keras kemauanya ini berlalu begitu saja. Bila dihadapi dengan kekerasan, maka efeknya semakin ”mengeraskan” hati anak. Bila dibiarkan saja, maka akan membentuk anak yang keras kepala.


Hargai anak saat dia membuat pilihan, karena dia sedang mengasah kekuatan, kepercayaan diri, dan kemandirian. Bila pilihannya belum tepat, anggaplah sebagai proses pembelajaran dan bimbinglah untuk bijak membuat pilihan.

Tidak ada komentar: